Photo-voltaic
terdiri dari photo dan voltaic. Photo berasal dari kata Yunani phos yang
berarti cahaya. Sedangkan voltaic diambil dari nama Alessandro Volta (1745 -
1827), seorang pelopor dalam pengkajian mengenai listrik. Sehingga
photo-voltaic dapat berarti listrik-cahaya. Belakangan ini, photo-voltaic lebih
sering disebut solar cell atau sel surya, karena cahaya yang dijadikan energi
listrik adalah sinar matahari. Sel surya merupakan sebuah piranti yang mampu
mengubah secara langsung energi cahaya menjadi energi listrik. Proses
pengubahan energi ini terjadi melalui efek fotolistrik. Efek fotolistrik adalah
peristiwa terpentalnya sejumlah elektron pada permukaan sebuah logam ketika
disinari seberkas cahaya. Gejala efek fotolistrik dapat diterangkan melalui teori
kuantum Einstein. Menurut teori kuantum Einstein, cahaya dipandang sebagai
sebuah paket energi (foton) yang besar energinya bergantung pada frekuensi
cahaya. Pada sel surya energi foton akan diserap oleh elektron sehingga
elektron akan terpental keluar menghasilkan arus dan tegangan listrik.
Pada tahun 1927 metalร
lain semikonduktor -junction solar cell, dalam hal ini
terbuat dari tembaga dan semikonduktor oksida tembaga, telah ditunjukkan. Pada tahun 1930-an baik sel selenium
dan tembaga oksida sel sedang bekerja di perangkat yang sensitif terhadap
cahaya, seperti fotometer, untuk digunakan dalam fotografi. Sel-sel surya awal, bagaimanapun,
masih memiliki efisiensi konversi energi kurang dari 1 persen. Kebuntuan ini akhirnya diatasi dengan
pengembangan sel surya silikon oleh Russell
Oh pada tahun 1941. Pada
tahun 1954, tiga peneliti Amerika lainnya, GL Pearson, Daryl Chapin, dan Calvin
Fuller, menunjukkan sel surya silikon mampu efisiensi 6-persen konversi energi
bila digunakan di bawah sinar matahari langsung. Pada tahun 1980-an sel-sel silikon,
serta yang terbuat dari gallium arsenide, dengan efisiensi lebih dari 20 persen
telah dibuat.Pada tahun 1989 konsentrator sel surya, jenis perangkat di mana
sinar matahari terkonsentrasi pada permukaan sel dengan cara lensa, mencapai
efisiensi 37 persen karena peningkatan intensitas energi yang
dikumpulkan.Secara umum, sel surya secara luas berbagai efisiensi dan biaya
sekarang tersedia.
Arus
(I) dan tegangan (V) yang dihasilkan ketika sel memperoleh
penyinaran merupakan karakteristik setiap sel surya. Karakteristik ini selalu
disajikan dalam bentuk kurva hubungan I dan V. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa karakteristik sel surya dipengaruhi oleh intensitas cahaya
dan suhu permukaan sel.
Photo-voltaic
terdiri dari photo dan voltaic. Photo berasal dari kata Yunani phos yang
berarti cahaya. Sedangkan voltaic diambil dari nama Alessandro Volta (1745 -
1827), seorang pelopor dalam pengkajian mengenai listrik. Sehingga
photo-voltaic dapat berarti listrik-cahaya. Belakangan ini, photo-voltaic lebih
sering disebut solar cell atau sel surya, karena cahaya yang dijadikan energi
listrik adalah sinar matahari. Sel surya merupakan salah satu produk teknologi
fotovoltaik yang dikembangkan pada bahan semikonduktor (silikon multikristal,
monokristal dan amorf) yang mampu menyerang gelombang elektromagnetik dan
konversi energi cahaya (photon)
menjadi energi listrik secara langsung. Prinsip dasar sel surya merupakan
kebalikan dari LED (Light Emmiting Diode)
yang mengubah energi listrik menjadi cahaya atau boleh dikatakan identik dengan
sebuah dioda cahaya (photodioda)
Pada umumnya sel surya terbuat dari bahan
semikontor. Salah satu bahan sel surya adalah kristal silikon (c-Si). Bahan ini
merupakan silikon murni (elektron valensi 4) yang diberi pengotoran (impuriti)
bervalensi 3 sehingga menjadi silikon tak murni (kekurangan sebuah elektron).
Silikon jenis ini kemudian diberi nama silikon tipe-p. sebuah silikon
murni yang diberi pengotoran bervalensi 5 (kelebihan sebuah elektron) juga
menghasilkan silikon tipe-n. Sambungan kedua jenis silikon ini akan membentuk
persambungan (junction) PN. Pada batas sambungan akan timbul sebuah celah
energi atau energy gap (Eg) yang membatasi pita valensi dengan
pita konduksi. Pada semikonduktor c-Si, energi-gapnya sebesar 1,11 eV, artinya
bila elektron pada pita valensi Si memperoleh energi foton yang lebih besar
dari 1,11 eV maka elektron tersebut akan mampu melewati celah energi dan
berpindah menuju pita konduksi (Beaser, 1992). Perpindahan elektron-elektron
ini menyebabkan terjadinya aliran elektron pada pita konduksi hingga terjadilah
aliran arus listrik.
Deskripsi matematis yang merupakan syarat agar
elektron berpindah dari pita valensi ke pita energi dinyatakan dalam bentuk
E
= h๐ > Eg (1)
dengan
h dan u masing-masing adalah konstanta Planck ( 6,63´ 10- 34 Js) dan frekuensi
cahaya yang jatuh pada permukaan sel surya. Frekuensi ini dapat dinyatakan
sebagai hubungan
๐ = c / l (2)
untuk c dan l masing-masing menyatakan laju dan panjang-gelombang cahaya. Perpindahan elektron-elektron dari pita valensi ke pita konduksi menimbulkan dua macam gerak pembawa muatan, yaitu gerak elektron-elektron pada pita konduksi dan gerak hole (lubang) pada pita valensi dengan arah gerak kedua pembawa muatan tersebut saling berlawanan. Total gerak pembawa muatan tersebut menimbulkan arus listrik pada rangkaian luar yang secara sederhana dilukiskan pada Gambar 1.
Gambar
1.
Proses pembangkitan arus listrik pada sel surya
Arus keluaran (I) serta tegangan (V)
yang dihasilkan ketika sel memperoleh penyinaran merupakan karakteristik setiap
sel surya. Karakteristik ini selalu disajikan dalam bentuk kurva hubungan I dan
V. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakterisrik sel surya
dipengaruhi oleh intensitas cahaya dan suhu permukaan sel.
Kurva I-V yang merupakan karakteritik
tersebut tersaji dalam Gambar 2.
Gambar
2.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap karakteristik arus-tegangan sel surya
Dari gambar 2 terlihat bahwa arus keluaran (I)
berbanding lurus dengan intensitas cahaya, sedangkan tegangan (V)
berubah secara logaritmik. ISC menyatakan arus hubung singkat dan VOC
menyatakan tegangan listrik rangkaian terbuka. Arus dan tegangan maksimun
terjadi pada saat sel surya menghasilkan daya ( jumlah watt ) maksimum.
Daftar Pustaka :
Bahan
Ajar Universitas Kristen Petrus
Beisher,
Arthur. 1992. Konsep Fisika Modern.
Jakarta : Erlangga.
Krane,
Kenneth. 1988. Fisika Modern.
Jakarta: UI Press.
Paul,
A. Tippler. 1991. Fisika Unuk sains dan
teknik. Jakarta : Erlangga.
Supriyato.
2001. Fisika SMA. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar