Rabu, 18 April 2012

Makalah Manusia Dan Peradaban (Ilmu Sosial Budaya Dasar)

selamat pagi, selamat siang, selamat sore dan selamat malam semua...
kali ini saya mau share tentang makalah untuk Ilmu sosial budaya dasar terkait dengan manusia dan peradaban, yang lebih membahas tentang tradisi, modernisasi, dan masyarakat madani serta problematikanya didalam kehidupan manusia. nah kalau teman-teman menginginkan file

yang dalam format doc silahkan di unduh di sini kalau untuk dalam bentuk presentasi silahkan unduh di sini 
semoga bermanfaat buat teman2 semua :D tetep berusaha sendiri dan fighting \m/

BAB I
PENDAHULUAN
             Manusia, masyarakat,  kebudayaan, dan peradapan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Setiap kumpulan manusia atau biasa disebut masyarakat pasti mempunyai kebudayaan dan peradaban sendiri yang membedakan dengan perkumpulan orang yang lain.  
            Pada masa sekarang ini istilah kebudayaan dan peradaban tidak mempunyai perbedaan atau batasan yang jelas. “Adab” adalah kata asal dari “peradaban” yang artinya akhlak, kesopanan, moral, dan kehalusan budi, budi luhur, manusia beradap yaitu manusia yang memiliki akhlak yang mulia yang berbudi pekerti luhur, memiliki moral yang tinggi dan kebalikannya adalah manusia yang “biadab”. Manusia yang tidak bermoral, kejam keji berperilaku kasar dan tidak berbudi pekerti, jahat. “beradab” adalah merupakan konsep-konsep norma-norma tertentu berupa perilaku wajar, diterima oleg masyarakat luas, yang dibutuhkan tata kehidupan yang aman tentram dan damai.
Pemaksaan norma kepada bangsa lain, yang akhirnya berangsur-angsur berubah, meskipun pemaksaan semacam ini masih tetap ada tetapi sangat kecil dan halus. Beberapa pendapat tentang pengertian peradaban antara lain:
Menurut Huntington melihat peradaban (civilization) sebagai the highest social grouping of people and the broades level of cultural identity people have short of that distinguish humans from other species.
Ibnu Khaldun melihat peradaban (umran) sebagai organisasi social manusia, kelanjutan dari proses tamaddun (semacam orbanisasi), lewat ashabiyah (group feeling, espritde corp), peradaban di sini didefisinikan sebagai keseluruhan kompleksitas produk pikiran kelompok manusia yang mengatasi negara, ras, suku atau agama, yang membedakannya dari yang lain, tetapi tidak monolitik dengan sendirinya.
Peradaban menurut fairchild adalah perkembangan kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan yang telah mencapai tingkat tertentu tercermin pada pendukungnya yang dikatakan sebagai beradab atau mencapai peradaban yang tinggi.
Peradaban (civilization), istilah yang digunakan para sejarawan, ahli antropologi dan ilmuan social lainnya, tetapi tidak mempunyai satu pengertian menentu.
            Pengertian yang umum biasa dipakai yaitu bahwa peradaban merupakan tahap-an tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang  telah mencapai kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologidan seni yang telah maju. suatu masyarakat yang telah mencapai tahapan peradaban tertentu, berarti telah mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai pada tahapan tertentu yang diakui tingkat iptek dan unsur-unsur budaya lainnya. Dengan demikian, masyarakat tersebut dapat dikatakan telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks. Atau dengan kata lain telah memasuki tahapan atau tingkatan peradaban tertentu.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Pengertian tradisi, modernisasi, dan masyarakat madani
2.1.1 Tradisi
                         Tradisi (Bahasa Latin: traditio, “diteruskan”) atau kebiasaan, dalam pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atau agama yang sama. Hal yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya ini, suatu tradisi dapat punah. Dalam pengertian lain tradisi adalah adat-istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat. Dalam suatu masyarakat muncul semacam penilaian bahwa cara-cara yang sudah ada merupakan cara yang terbaik untuk menyelesaikan persoalan. Biasanya sebuah tradisi tetap saja dianggap sebagai cara atau model terbaik selagi belum ada alternatif lain.
Tradisi merupakan roh dari sebuah kebudayaan. Tanpa tradisi tidak mungkin suatu kebudayaan akan hidup dan langgeng. Dengan tradisi hubungan antara individu dengan masyarakatnya bisa harmonis. Dengan tradisi sistem kebudayaan akan menjadi kokoh. Bila tradisi dihilangkan maka ada harapan suatu kebudayaan akan berakhir disaat itu juga. Setiap sesuatu menjadi tradisi biasanya telah teruji tingkat efektifitas dan tingkat efesiensinya. Efektifitas dan efesiensinya selalu ter- up date mengikuti perjalanan perkembangan unsur kebudayaan. Berbagai bentuk sikap dan tindakan dalam menyelesaikan persoalan kalau tingkat efektifitasnya dan efesiensinya rendah akan segera ditinggalkan pelakunya dan tidak akan pernah menjelma menjadi sebuah tradisi. Tentu saja sebuah tradisi akan pas dan cocok sesuai situasi dan kondisi masyarakat pewarisnya.

2.1.2  Modernisasi
            Modernisasi adalah proses penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam semua segi kehidupan manusia dengan tingkat yang berbeda-beda tetapi tujuan utamanya untuk mencari taraf hidup yang lebih baik dan nyaman. Modernisasi yang telah dilandasi oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak hanya bersifat fisik material saja, melainkan lebih jauh daripada itu. Yaitu dilandasi oleh sikap mental yang mendalam.
Modernisasi masyarakat adalah suatu proses transformasi yang mengubah :
1.    Di bidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks industri yang besar dimana produksi barang konsumsi dan sarana dibuat secara massal
2.    Di bidang politik, dikatakan bahwa ekonomi yang memerlukan adanya masyarakat nasional dengan integrasi yang baik.
     Syarat Modernisasi :
1.    Cara berpikir ilmiah
2.    Sistem administrasi negara yang baik
3.    Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga tertentu
4.    Penciptaan iklim yang baik dan teratur dari masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat komunikasi massa
5.    Tingkat organisasi yang tinggi di satu pihak disiplin yang tinggi bagi pihak lain
6.    Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaannya.
     Ciri Modernisasi :
1.    Kebutuhan materi dan ajang persaingan kebutuhan manusia
2.    Kemajuan teknologi dan industrialisasi, individualisasi, sekularisasi, diferensiasi, dan aktualisasi.
3.    Modernisasi banyak memberi kemudahan bagi manusia
4.    Berkat jasanya, hampir semua keinginan manusia terpenuhi
5.    Melahirkan teori baru
6.    Mekanisme masyarakat berubah menuju prinsip dan logika ekonomi serta orientasi kebendaan yang berlebihan
7.    Kehidupan seseorang perhatian religiusnya dicurahkan untuk bekerja dan menumpuk kekayaan
2.1.3        Masyarakat Madani
Konsep masyarakat madani adalah sebuah gagasan yang menggambarkan maasyarakat beradab yang mengacu pada nila-inilai kebajikan dengan mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip interaksi sosial yang kondusif bagi peneiptaan tatanan demokratis dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
     Ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4.  Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena keanggotaan organisasi-organisasi volunter mampu memberikan masukan-masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
5. Tumbuhkembangnya kreatifitas yang pada mulanya terhambat oleh rejim-rejim totaliter.
6. Meluasnya kesetiaan (loyalty) dan kepercayaan (trust) sehingga individu-individu mengakui keterkaitannya dengan orang lain dan tidak mementingkan diri sendiri.
7. Adanya pembebasan masyarakat melalui kegiatan lembaga-lembaga sosial dengan berbagai ragam perspektif.
8. Bertuhan, artinya bahwa masyarakat tersebut adalah masyarakat yang beragama, yang mengakui adanya Tuhan dan menempatkan hukum Tuhan sebagai landasan yang mengatur kehidupan sosial.
9. Damai, artinya masing-masing elemen masyarakat, baik secara individu maupun secara kelompok menghormati pihak lain secara adil.
10. Tolong menolong tanpa mencampuri urusan internal individu lain yang dapat mengurangi kebebasannya.
11.            Toleran, artinya tidak mencampuri urusan pribadi pihak lain yang telah diberikan oleh Allah sebagai kebebasan manusia dan tidak merasa terganggu oleh aktivitas pihak lain yang berbeda tersebut.
12. Keseimbangan antara hak dan kewajiban sosial.
13.            Berperadaban tinggi, artinya bahwa masyarakat tersebut memiliki kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk umat manusia.
14.            Berakhlak mulia.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya. Namun demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah onsep yang cair yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa secara demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).
2.2    Makna hakiki manusia yang beradab
Manusia memiliki beberapa sifat hakekat kodrati, yaitu sebagai makhluk berfikir, social (bermasyarakat), susila, indah dan agamis, sebagai dari bagian dari unsure-unsur adab. Oleh karena itu manusia boleh dikatakan sebagai manusia beradab (memiliki adab). Manusia sebagai makhluk beradab, maka manusia tidak akan lepas dari unsure-unsur yang baik, yang berupa budi pekerti luhur, sebagai cirri-ciri makhuk beradab. Kualits keberadaban masing-masing bangsa memiliki keaneka ragaman yang berbeda tergantung pada situasi dan kondisi, serta kemajuan berfikir masing-masing bangsaitu sendiri
Masyarakat adab adalah masyarakat berpendidikan tinggi, sopan dan bebudi pekerti luhur, berakhlak dan berkesopanan serta memilikirasa toleransi, tepo seliro yang tinggi. Kita semua menganggap masyarakat kita beradab, namun kita juga harus menerima kenyataan bahwa masyarakat kita masih banyak yang arogan dan anarkhis. Masyarakat adab (civil society) suatu kombinasi yang ideal antarakepentingan pribadi dan kepentingan umum yang memperjuangkan penguatan posisi masyarakat terhadap Negara.
Akhlak, kesopanan dan budi pekerti menentukan tingkatan beradab atau tidaknya manusia. Kita menganggap masyarakatkita beradab sesuai dengan budaya timur. Tapi apakah budaya barat menganggap masyarakat kita sudah beradab? Belum tentu, karena susdut pandang masyarakat barat yang berbeda dengan kita.
Peradaban juga berarti tahapan yang tinggi pada skala evolusi budaya. Mengau pada perbedaan manusia yang beradab terhadap manusia yang biadab. Masyarakat yang kurang beradab cirri-ciri utama melekat pada perbedaan tingkat intelektual, perasaan keindahan, penguasaan teknologi dan tingkat spiritual yang dimilikinya. Berdasarkan raian tersebut diatas antara evolusi budaya dan peradaban, merupakan jalur yang sejalan yang dilalui oleh proses perkembangan budaya masyarakat yang bersangkutan.
2.3    Peradaban dan problematikanya bagi kehidupan manusia
2.3.1  Kemajuan Media Komunikasi Bagi Adab dan Peradaban Manusia
                 Muncul dan berkembangnya media baru dalam dunia komunikasi membawa dampak besar bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Para ahli pun mengemukakan berbagai teori yang dapat mengakomodasi dan menjelaskan dampak yang terjadi akibat perkembangan media baru tersebut.
Teori Uses and Gratification telah mencoba menjelaskan penggunaan media elektronik bagi komunikasi interpersonal. Sejumlah studi yang sama dicoba untuk diterapkan pada skala organisasi, di mana jaringan komputer digunakan sebagai jaringan komunikasi elektronik, yang kemudian disebut sebagai computer mediated communication. Dalam studi ini disertakan pula alat-alat baik yang berhubungan langsung maupun tidak berhubungan secara langsung dengan komputer.
Sebuah hal terpenting yang diperhatikan di sini adalah konsep kehadiran (presence), di mana sesuatu yang maya dirasakan seolah sebagai objek yang benar/nyata adanya. Sedangkan social presence di sini diartikan sebagai pengalaman yang dirasakan oleh seseorang melalui isyarat atau tanda-tanda yang ada pada berbagai media komunikasi.
Email dikatakan memiliki tingkat “presensi” yang rendah, karena hanya digunakan untuk bertukat informasi searah, feedback dari penerima email tidak langsung diberikan saat itu juga atau sering ditunda. Sedangkan videoconferences dikatakan memiliki tingkat presensi sosial yang tinggi, karena proses komunikasi berlangsung dua arah, dan kedua komunikator mampu merasakan kehadiran komunikator yang lain dengan melihat mimik wajah, gesture, notasi suara, dsb.
(Straubhaar, Joseph & La Rose, Robert: 2004)
Dampak Media Komputer
Selama ini, penyebaran internet telah mengubah perhatian masyarakat terhadap pengaruh media baru. Salah satunya mengubah persepsi masyarakat tentang media-media baru. Lahirlah beberapa studi yang meneliti mengenai dampak penggunaan media baru ini, hingga pada akhirnya disimpulkan beberapa dampak yang dibawa oleh kemajuan teknologi komunikasi.
o  Perilaku Antisosial (Antisocial Behavior)
Perkembangan komunikasi bermediakan komputer berjalan seiring dengan tumbuh suburnya nilai-nilai menyimpang yang dihasilkan oleh tangan-tangan tidak bertanggung jawab. Sejauh ini, para ilmuwan menyimpulkan bahwa kekerasan pada games di komputer memiliki pengaruh yang sama kuatnya dengan tayangan kekerasan di televisi. Bahkan studi tertentu mengatakan bahwa video games mempunyai kemampuan lebih kuat untuk mempengaruhi anak-anak jika dibandingkan dengan tayangan TV atau tindakan kekerasan yang sebenarnya disaksikan oleh anak-anak.
Selain itu, pornografi yang marak di internet juga ikut meracuni otak anak-anak. Pelakunya  dengan sengaja memberi link dari situs-situs yang biasanya dikunjungi oleh anak-anak ke situs-situs yang seharusnya tak pantas dikunjungi anak-anak dibawah umur. Sedangkan pada orang dewasa, pornografi tidak menunjukkan hasil penyimpangan yang signifikan seperti pada anak-anak apabila dilihat dari sisi agresivitas dan perilakunya.
o   Kecemasan Berlebih Terhadap Komputer (Computer Anxiety)
Hal ini biasa disebut sebagai cyberphobia atau computerphobia, yakni rasa takut, cemas, khawatir pada saat menggunakan komputer. Biasanya ditunjukkan dengan gejala-gejala mual, pusing, dan keringat dingin pada saat menggunakan komputer. Si pengguna biasanya merasa takut untuk menggunakan komputer atau alat-alat canggih lain karena takut salah menekan tombol, takut terjadi hal-hal yang tidak dinginkan jika salah mengoperasikan suatu alat, dsb.
Hal ini sering terjadi pada orang-orang yang umumnya tidak memiliki bekal pengetahuan yang cukup tentang alat tertentu, atau pada orang-orang yang kemampuan perhitungannya kurang baik.
Orang-orang semacam ini akan menggunakan komputer dengan porsi sesedikit mungkin. Murid yang jarang memakai komputer di kelas atau pekerja yang menghindari pekerjaan yang berhubungan dengan komputer mungkin merupakan tanda-tanda dari computerphobia.
Berbeda halnya dengan computerphobia, internet self-efficacy adalah mereka yang sudah merasa mantap menggunakan teknologi yang ada dan lebih banyak berinteraksi dengan komputer dalam penyelsaian pekerjaannya.
o   Ketagihan (Addicted)
Media komputer memiliki kualitas interaksi  yang mampu merespon tiap gerak penggunanya. Kadang kala, komputer mampu mewujudkan apa yang menjadi harapan penggunanya, namun kadang tidak, hasilnya pun bervariasi pada tiap pengguna.Kemampuan ini yang akhirnya menuntut kita untuk “datang lagi” dan merasakan hal yang berbeda - prinsip ketagihan yang sama seperti pada judi.
Yang menjadi bahan diskusi di antara para orang tua adalah anak-anak mereka yang kecanduan untuk terus bermain di depan layar komputer tanpa henti. Brenner dalam bukunya mengatakan bahwa heavy internet user menunjukkan gejala-gejala yang mengarah pada ketagihan, antara lain kecanduan dan menarik diri dari lingkungan sosial.
Hal yang  sama juga terjadi pada orang dewasa. Bahkan yang lebih parah, mereka merelakan sejumlah uang yang keluar untuk bermain game di komputer atau di internet. Mereka rela menghabiskan uang untuk gambling, fantasy sport league, dan permainan virtual lainnya.
Menurut seorang psikolog, Sherry Turkle, kekuatan komputer bukan datang dari hal-hal di luarnya/eksternal layaknya pada obat-obatan, tapi dari apa yang ada pada orang-orang yang menggunakan, dari apa yang mereka pelajari tentang ketergila-gilaan mereka pada komputer.
Suatu hal yang menarik adalah kemampuan komputer untuk mendorong / memprovokasi pencerminan diri penggunanya serta memperluas pikiran ke dalam dunia maya yang seakan-akan sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Dalam hal ini, kebiasaan pengguna komputer disamakan dengan kemampuan mereka untuk mengontrol dunia di dalam komputer, mereka merasakan hubungan yang sangat erat dan keterkaitan dengan komputer. Orang-orang ini juga ingin mengekspresikan diri mereka melalui komputer dan menciptakan gaya sesuai dengan kepribadian masing-masing.
Tumbuh kembang internet di dunia di dukung oleh beberapa faktor, hal pertama adalah karena karena internet menyediakan layanan yang familiar dan bersifat memudahkan penggunanya. Selain itu, pertimbangan waktu yang digunakan untuk mencari informasi lewat internet dari berbagai belahan bumi lebih efisien daripada jika kita mencari informasi lewat media cetak atau media lainnya. Lewat internet kita bisa mencari data dalam berbagai bentuk, mulai dari sekedar tulisan, sampai video klip yang bergerak.
Bagaimanapun, perkembangan media informasi memiliki dua sisi yang mutlak ada, yakni segi positif dan negatif. Di atas, para psikolog menguraikan dampak-dampak negatif yang diusung oleh media baru. Di sisi lain, media baru membuka mata negara-negara berkembang untuk memandang ekonomi global dari sebuah alat bernama komputer.
Internet juga memiliki peran dalam bidang ekonomi, hal ini terlihat dari adanya e-commerce atau e-business. Internet berperan sebagai infrastruktur yang membantu transaksi perdagangan dari penjual pada pembeli. Internet juga bisa disebut sebagai pasar belanja terbesar dengan jaringan informasi dan komunikasi terluas.
(Mirabito, M.A.M & Morgenstern, B.L: 2004)
2.3.2 Kemajuan IPEK Bagi Adab dan Peradaban Manusia
Dari zaman ke zaman, perubahan yang terjadi di dunia ini amatlah sangat pesat, apalagi dari segi Ilmu pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Bila kita ingat zaman dahulu, banyak para ilmuwan menemukan berbagai hasil percobaannya, dan kemudian diluncurkan lalu dipakai untuk kebutuhan sehari-hari, seperti adanya ilmu fisika, ilmu matematika, ilmu kimia, ilmu biologi, juga ilmu sosial. Semua ilmu itupun masih diterapkan hingga saat ini oleh kita semua.
Tak dapat kita bayangkan apabila para ilmuwan tidak menemukan berbagai penemuan luar biasa untuk peradaban manusia, kita bahkan mungkin tak dapat untuk bertahan hidup, karena kita akui bahwa kita sangatlah butuh akan keberadaan ilmu pengetahuan dunia untuk menjalankan kehidupan di dunia fana ini.
Namun, di balik semua itu kita patut, wajib, dan haruslah untuk bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena keagungan-Nya lah ilmu pengetahuan itu dapat kita rasakan dan manfaatkan selama kita hidup. Setelah itu, kita patut untuk menjaga dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan tersebut sampai saat nanti untuk masa depan dan peradaban manusia.
IPTEK di satu sisi sungguh sangat membantu kita selaku manusia dalam mengerjakan berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, seperti:
1.        Mengetik laporan kerja dengan komputer
2.        Menelepon orang lain dengan handphone
3.        Mendengarkan musik dengan mp3 player
4.        Mengetahui berita dengan televisi
5.        Mengetahui waktu dengan jam
6.        Bepergian ke manapun dengan sepeda motor, mobil, dan kendaraan lainnya
7.        Mendinginkan ruangan dengan ac
8.        Dan masih banyak lagi contohnya
Bahkan saat ini telah diciptakan robot menyerupai manusia yang bertujuan untuk menggantikan manusia dalam mengerjakan tugas sehari-sehari. Kita jadi sangat tertolong dengan adanya teknologi yang kian lama kian maju.
Namun, di sisi lainnya, kita jadi dimanjakan oleh teknologi. Manusia jadi malas, bahkan sangat tergantung oleh teknologi yang membantu mengerjakan pekerjaan sehari-hari kita selaku manusia. Jadinya, manusia tidak ada usaha sekuat tenaga untuk mengerjakan pekerjaannya dengan tangan sendiri. Padahal sungguh bangganya kita bila suatu pekerjaan dapat dilakukan dan diusahakan sendiri.
Kemajuan IPTEK menunjukkan kemampuan intelektual (intelligence) manusia juga berkembang. Jadi teknologi selalu membutuhkan manusia supaya dapat diciptakan untuk peradaban manusia. Tetapi manusia tidak sepenuhnya selalu membutuhkan adanya teknologi untuk kehidupannya, karena manusia memiliki intelektual, sedangkan teknologi tidak memiliki intelektual.
(Prayudi: 2009)
Nana Syaodih S. (1997: 67) menyatakan bahwa sebenarnya sejak dahulu teknologi sudah ada atau manusia sudah menggunakan teknologi. Kalau manusia pada zaman dulu memecahkan kemiri dengan batu atau memetik buah dengan galah, sesungguhnya mereka sudah menggunakan teknologi, yaitu teknologi sederhana.
Terkait dengan teknologi, Anglin mendefinisikan teknologi sebagai penerapan ilmu-ilmu perilaku dan alam serta pengetahuan lain secara bersistem dan menyistem untuk memecahkan masalah. Ahli lain, Kast & Rosenweig menyatakan Technology is the art of utilizing scientific knowledge. Sedangkan Iskandar Alisyahbana (1980:1) merumuskan lebih jelas dan lengkap tentang definisi teknologi yaitu cara melakukan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia dengan bantuan alat dan akal sehingga seakan-akan memperpanjang, memperkuat, atau membuat lebih ampuh anggota tubuh, panca indera, dan otak manusia.
Dari beberapa pengertian di atas nampak bahwa kehidupan manusia tidak terlepas dari adanya teknologi. Artinya, bahwa teknologi merupakan keseluruhan cara yang secara rasional mengarah pada ciri efisiensi dalam setiap kegiatan manusia.
Seseorang menggunakan teknologi, karena menusia berakal. Dengan akalnya ia ingin keluar dari masalah, ingin hidup lebih baik, lebih mudah, lebih aman, dan lebih-lebih yang lain.
Perkembangan teknologi terjadi bila seseorang menggunakan alat dan akalnya untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Sebagai contoh dapat dikemukakan pendapat pakar teknologi “dunia” terhadap pengembangan teknologi. Menurut B.J. Habiebie (1983: 14) ada delapan wahana transformasi yang menjadi prioritas pengembangan teknologi, terutama teknologi industri, yaitu : (1) pesawat terbang, (2) maritim dan perkapalan, (3) alat transportasi, (4) elektronika dan komunikasi, (5) energi, (6) rekayasa , (7) alat-alat dan mesin-mesin pertanian, dan (8) pertahanan dan keamanan.
Pada satu sisi, perkembangan dunia iptek yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan yang menakjubkan. Begitupun dengan telah ditemukannya formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia. Ringkas kata, kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Namun, pada sisi lain, pesatnya kemajuan iptek ternyata juga cukup banyak membawa pengaruh negatif. Semakin kuatnya gejala “dehumanisasi”, tergerusnya nilai-nilai kemanusiaan dewasa ini, merupakan salah satu oleh-oleh yang dibawa kemajuan iptek tersebut. Bahkan, sampai tataran tertentu, dampak negatif dari peradaban yang tinggi itu dapat melahirkan kecenderungan pengingkaran manusia sebagai homo-religousus atau makhluk teomorfis.
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu religion. Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi umat manusia kesehatan, kebahagian dan imortalitas.
Sumbangan iptek terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan umat manusia.
Perbudakan dan penjajahan di North America, Asia dan Afrika hanya memungkinkan melalui dukungan iptek. Perkembangan iptek di Eropa Barat membuahkan revolusi industri yang menindas kelas pekerja dan yang melahirkan komunisme. Produksi weapons of mass destruction, baik kimia, biologi ataupun nuklir  tentu saja  tidak bisa  dipisahkan dari  iptek;  belum lagi  menyebut kerusakan ekosistem alam akibat dari kemajuan iptek.
Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan. Tentu saja iptek tidak mengenal moral kemanusiaan,oleh karena itu iptek tidak pernah bisa mejadi standar kebenaran ataupun solusi dari masalah-masalah kemanusiaan.
Dari segala dampak terburuk dari perkembangan iptek adalah dampak terhadap perilaku dari manusia penciptanya. Iptek telah membuat sang penciptanya dihinggapi sikap over confidence dan superioritas tidak saja terhadap alam lingkungan melainkan pula terhadap sesamanya. Eksploitasi terhadap alam dan dominasi pihak yang kuat (negara Barat) terhadap pihak yang lemah (negara dunia ketiga) merupakan ciri yang melekat sejak lahirnya revolusi industri.
2.3.3   Pertumbuhan dan Perkembangan Demografi Terhadap Adab dan Peradaban Manusia
Johan Sussmilch (1762): “Demografi mempelajari hukum Tuhan yang berhubungan dengan perubahan-perubahan pada umat manusia yang terlihat pada kelahiran, kematian, dan pertumbuhannya.”
Achille Guillard (1855): “Demografi sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu dari keadaan dan sikap manusia yang dapat diukur yaitu meliputi perubahan secara umum, fisik, peradaban, intelektualitas, dan kondisi moral.”
David V. Glass (1953): “Demografi terbatas pada studi penduduk sebagai akibat pengaruh dari proses demografi, yaitu: fertilitas, mortalitas, dan migrasi.”
UN (1958); IUSSP (1982): “Demografi adalah studi ilmiah mengenai masalah penduduk yang berkaitan dengan jumlah, struktur, serta pertumbuhannya. Masalah demografi lebih ditekankan pada segi kuantitatif dari berbagai
faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, yaitu: fertilitas, mortalitas dan migrasi.”
Donald J. Bogue (1973): “Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematik tentang besar, komposisi dan distribusi penduduk dan perubahan-perubahannya sepanjang perubahan masa melalui bekerjanya lima komponen demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial.”
Bapak demografi: John Graunt menganalisis data kelahiran dan kematian yang diperoleh dari catatan kematian (bills of mortality) yang setiap minggu diterbitkan oleh petugas gereja-gereja. John Graunt mencetuskan hukum-hukum tentang pertumbuhan penduduk.
Demografi (Kependudukan) adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia. Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.
Problematik demiografi dalam meningkatkan kesejahteraan sudah berada di wilayah terapan ilmu demografi. Pertanyaan mendasarnya adalah upaya mencari keseimbangan struktur penduduk di wilayah tertentu pada periode tertentu dan kesejahteraan optimal yang dapat dicapai.
Contoh kasus, pemerintah RRC melarang pasangan suami isteri memiliki lebih dari satu anak sejak akhir 1970-an (1978 atau 1979). Alasannya untuk mengurangi angka pertumbuhan penduduk sehingga beban sosial ekonomi berkurang. Implikasi kebijakan ini sangat banyak, antara lain budaya Cina yang menginginkan anak laki-laki tidak jarang memicu aborsi ketika bayi dalam kandungan diketahui berkelamin perempuan. Cina berhasil mencegah kelahiran 400 juta bayi selama 1978-2008, 30 tahun. Namun, bersamaan dengan peningkatan keseejahteraan Cina, akan sering terjadi beban sepasang suami-isteri adalah empat orang tua yang panjang umur dan satu anak hasil perkawinan.
Kasus Indonesia, sejak reformasi 1998, intensitas program Keluarga Berencana tampak menurun. (Coba perhatikan semakin banyak pasangan suami-isteri di sekeliling kita memiliki lebih dari dua anak antara 1998-2008). Belakangan Kepala BKKBN mengingatkan akan terjadi ledakan jumlah penduduk dan segala implikasinya di Indonesia jika program KB ditinggalkan. Kampanye KB pun dimulai lagi, namun belum seintensif di masa Presiden Soeharto.
Sejak tumbangnya Orde Baru, perkembangan masyarakat di Indonesia ditandai oleh perbedaan pendapat yang akhir-akhir ini menjurus kepada ketidakserasian bangsa. Dampak dari rasa muak terhadap friksi yang tidak berkesudahan, mulai muncul di kalangan awam kerinduan atas keadaan masa lalu yang dianggap relatif stabil, aman, dan mudah mencari makan.
Konflik yang berkepanjangan tidak perlu terjadi apabila kekuatan politik yang ada memahami keadaan dan perkembangan struktur demografi Indonesia. Secara demografis, konflik di Indonesia sebenarnya dapat dijelaskan dari sisi perbedaan antargenerasi (inter-generational gap). Struktur penduduk sebenarnya menggambarkan pengalaman anggota masyarakat di mana setiap orang yang ada di dalamnya telah melalui siklus kehidupan, dari sejak lahir, bayi, anak, akil balik, dewasa, tua dan akhirnya mati. Perjalanan kehidupan setiap orang dengan latar belakang yang mempengaruhi tata kehidupannya ini akan membentuk sikap, pandangan dan perilaku.
Dinamika penduduk akan melahirkan push and pull theory, yaitu Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatan-kekuatan yang menambah dan mengurangi. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dari tahun ke tahun selalu bertambah. Perubahan jumlah penduduk ini disebut sebaagi pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk adalah bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk di suatu daerah atau negara dalam kurun waktu tertentu. Tingkat pertumbuhan penduduk di negara kita masih termasuk tinggi.
Idealnya, struktur penduduk membentuk urutan generasi yang teratur. Kenyataannya, keberhasilan usaha menurunkan kelahiran dan kematian selama ini telah membentuk struktur penduduk Indonesia di mana generasi yang dilahirkan tahun-tahun 1980-an dan 1990-an jatuh berhimpitan di antara generasi-generasi yang dilahirkan di tahun-tahun sebelumnya.
Generasi 1920-1930
Akibat dari perkembangan status ekonomi dan teknologi kesehatan yang lebih baik menyebabkan generasi kelompok lanjut usia (generasi 1920-30) masih signifikan dalam struktur penduduk Indonesia. Keberadaan mereka dalam masyarakat mulai mendorong permintaan pada sarana dan pelayanan geriatri. Mereka adalah kelompok yang mampu melalui Perang Dunia II dan depresi ekonomi di tahun 30-an dan perlu diperhitungkan keberadaan mereka. Latar belakang kehidupan mereka membentuk kepribadian konservatif, dan hemat. Oleh karena mereka merasa ikut menanamkan dasar kebangsaan di masa remaja, mereka mengharapkan generasi selanjutnya menjadi kuat, loyal, hemat, dan mempertahankan kekerabatan dalam arti luas. Penolakan terhadap pandangan generasi ini dianggap sebagai penolakan dari generasi muda dalam melestarikan tata nilai moral.
Generasi 1940-1950
Generasi ini dilatarbelakangi oleh kehidupan yang serba kurang akibat lemahnya ekonomi Indonesia. Latar belakang keras dengan suasana perang kemerdekaan dan pemberontakan membentuk sikap dan kepribadian yang hampir sama dengan generasi sebelumnya yaitu sederhana dan kerja keras. Mereka mendambakan kehidupan yang aman, nyaman dan damai. Kecenderungan dari elite generasi ini adalah pekerja keras untuk menghadapi persaingan akibat dari mobilitas sosial yang dibuka untuk semua warga. Memasuki usia tua, mereka cenderung membentuk kepribadian yang konservatif.
Generasi 1960-1970
Generasi dewasa muda mengalami masa pertumbuhan di saat kondisi perekonomian Indonesia mengalami pertumbuhan ekonomi yang tumbuh cepat. Pengaruh dari keadaan yang penuh dengan kemudahan menyebabkan terbentuknya kepribadian kurang peka dengan lingkungan mereka. Secara umum, tata nilai generasi ini bermuara pada diri mereka sendiri sebagai pusat keberhasilan. Ambisius. Mereka yang kurang peka dengan pentingnya keluarga besar (extended family). Mereka tidak bersedia kehilangan kenyamanan yang mereka peroleh pada waktu mereka tumbuh dalam keluarga. Sukses ditandai oleh gaya hidup kosmopolitan. Elite dari generasi ini menghasilkan sub-kultur yuppies dengan pola pengeluaran boros. Krisis yang berkepanjangan dapat menumbuhkan perasaan pahit terhadap mereka yang menyebabkannya kesejahteraan mereka terganggu. Jumlah mereka secara absolut  sangat besar dan dapat membentuk kekuatan politik yang perlu dipertimbangkan. Ketidakpekaan pada kepentingan mereka dapat mengganggu efektivitas kerja pemimpin di masa mendatang.
Generasi 1980-1990
Anggota yang paling muda dalam masyarakat Indonesia tidak membentuk kesamaan pandangan. Generasi 1980 tumbuh dalam masa yang terbaik dalam kemakmuran ekonomi. Pengaruh dari orang tua mereka pada pekerjaan yang semakin kompetitif mendorong permintaan pada sarana pendidikan yang lebih baik agar mampu bersaing di dalam dan luar negeri. Sebagai anak muda, mereka penuh dengan idealisme dan aktif. Seperti yang lainnya, mereka adalah kelompok yang dapat dikatakan radikal daripada generasi yang di atasnya. Namun, dengan krisis ekonomi yang berkepanjangan, hal ini dapat mengubah kepribadian yang liberal menjadi ultra-konservatif di saat mereka memasuki ke usia lanjut usia.
        
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
       Manusia seutuhnya adalah sebuah matriks yang mempunyai akal, jasmani dan rohani. Manusia dalam kehidupannya mempunyai tiga fungsi, yaitu : Sebagai makhluk tuhan, Sebagai makhluk individu dan Sebagai makhluk sosial budaya.
     Peradaban merupakan bagian dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis, organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai system teknologi dan masyarakat kota yang maju dan kompleks. Masyarakat yang beradab dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang mempunyai sopan santun dan kebaikan budi pekerti.
3.2 Saran
            Perlu adanya peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan kebudayaan dan menghargainya serta perlu adanya tindakan real masyarakat agar mampu menyeimbangkan antara perkembangan zaman dan terlaksananya tradisi yang telah lebih dulu ada didalam lingkungan masyarakat tersebut. Meningkatkan wawasan agar mampu menjadi masyarakat yang madani serta selalu bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman.

DAFTAR PUSTAKA
Alisyahbana, Iskandar. 1980. Teknologi dan Perkembangan. Jakarta: Yayasan Idayu.
Anonim. 2009. Pertumbuhan manusia. Online. http://www.sinarharapan.co.id.
Prasetya, Joko Tri. 1991. Ilmu Budaya Dasar.  Rineka Cipta: Jakarta.
Suito, Deny. 2006. Membangun Masyarakat Madani. Centre For Moderate Muslim Indonesia: Jakarta.
Sutjipto. 2005. Kurikulum Pendidikan Teknologi suatu Kebutuhan yang Tidak  Pernah Terlambat. Jakarta: Kompas.
  

1 komentar:

  1. manusia dan peradaban,milik arti berbagai hakikat yang ada untuk dapat memelihara budaya

    BalasHapus